Teman?
Jika ku sebutkan satu kata itu, lalu apa yang singgah di benak sahabat semua?
Teman
: asyik buat diajak curhat
Teman
: asyik diajak makan
Teman
: asyik di ajak jalan
Teman
: yang setia menutupi kekurangan
Teman
: yang setia saling memberikan semangat
Teman
: yang setia menyebut nama temannya di dalam doa
Dunia
yang berputar, matahari yang selalu bersinar, rembulan yang selalu bercahaya, angin
yang selalu datang sepoi-sepoi, bak pelengkap kehidupan yang Allah rangkai.
Silih
berganti, satu per satu semua pasti pernah hadir bersama menggoreskan episode
kehidupannya.
Ada
teman SD yang asyik dengan permainannya, ada teman SMP yang asyik dengan genk
dan percintaanya, ada teman SMA yang mulai membentuk diri, ada teman kuliah
yang ketemu saat mata kuliah, ada temen organisasi yang bekerja dengan satu
visi, ada temen komunitas yang asyik diajak berekspresi. Semua silih berganti. Datang
lalu kemudian pergi, digantikan dengan yang lain lagi, lalu datang lagi dan
pergi lagi, hingga akhirnya kita tersadarkan hidup ini harus mandiri. Terlahir dimuka
bumi dengan gagah berani seorang diri, lalu meninggalkan dunia ini dengan rela
sendiri.
Teman..
bahagia pernah memilik dan menjadikannya. Kalian yang hadir satu persatu,
menggoreskan kisah, memberikan sarat makna, memberikan pelajaran berharga di
dalamnya.
Dulu
aku pun sama seperti kalian memiliki teman di masa sekolah dasar. Teman sepermainan,
yang langganan bermain di sawah atau lompat pagar taman budaya para pencari
bunga. Teman yang setia jemput untuk berangkat ke sekolah bersama, jajan
cemilan bersama, nakal bersama, distrap bersama, genk bersama. Teman yang rajin
ngajakin poto di studio bersama, yang ikut-ikutan panggil nama bapak untuk
sebuah perselisihan. Yang berpisah diperempatan jalan, yang bergelut karena
perbedaan fasilitas sekolah, yang mengenalkan cinta monyet dimasanya, yang
asyik dengan trend kesurupan, yang rela berantem di tengah lapangan
memperebutkan si gadis, yang rela memberikan uang palakan untuk sebuah
pertemanan. Dan.. semua itu berakhir hingga kelulusan. Setelahnya semua hanya
menjadi sebuah kenangan. Dulu iya dulu, sekarang kita dengan dunianya masing-masing.
Datang hanya untuk memberikan surat undangan pernikahan dan kelahiran. Itu teman,
mereka banyak mengajarkan sebuah perjalanan kehidupan, 6 tahun yang
membahagiakan tanpa ada beban.
Atau
teman semasa SMP, dengan genk yang baru. Dengan kisah yang baru, dengan
percintaan moyet yang baru, dengan kenakalan yang baru, dengan keseruan yang
baru. Bahagia,, sedih, canda, tawa, mengiringi. Lalu setelahnya pergi di telan
masa. Hanya ada segelintir yang tersisa, yang masih ingin bersama, yang selalu
mencari waktu di setiap moment untuk kembali merajut, yang pada akhirnya surat
undangan pernikahan yang mengakhiriniya dengan kehidupan nyata.
Atau
teman semasa SMA? Yang tidak kalah seru dengan pola fikir yang baru. Yang menganggap
sengketa antar kelompok adalah suatu kebahagiaan. Yang ingin selalu melakukan
dan berekspresi bersama, yang selalu cemburu tak kala mulai berpaling darinya. Mereka
hadir lalu kembali, lalu pergi.
Atau
teman ospekmu yang sangat membutuhkan untuk ditemani. Atau teman kelas di
kampusmu yang agar merasa tidak sendiri. Atau teman mengerjakan tugas, dan yang
menemani mengajukan skripsi hingga acc lalu pergi. Semua silih berganti, datang
dan pergi. Ada yang tulus singgah di hati, namun ada pula yang hanya mencari.
Aku
selalu disadarkan dengan perkataan sang ibunda yang rajin menasehati, bertemanlah
secukupnya, jangan berlebih. Jangan terlalu membenci karena suatu hari nanti
akan hadir membersamai. Jangan terlalu mencintai karena suatu saat nanti akan
mengecewai.
Itu
sebabnya aku selalu membatasi diri. Tidak ingin terlalu berlebih agar tidak ada
yang sakit hati. Biarlah mereka datang jika ingin berbagi, biarlah ia pergi
jika ingin mencari. Semua akan kembali dengan sendiri-sendiri.
Karena
sejatinya yang datang akan pergi. Tidak hari ini, mungkin besok, besok atau
besoknya lagi. Dan selalu berganti dengan yang lainnya lagi.
Apapun,
siapapun, kapanpun, dimanapun kau memilikinya, jagalah ia, rawatlah hubunganya.
Doakanlah kebaikan untuknya, berikanlah yang terbaik yang kau punya, bahagiakan
hatinya, kelak saat ia pergi maka sejatinya diri sudah menoreskan kisah
terindahnya. Jangan hakimi temanmu sendiri, kenali dirinya, pahami ia, tegur
dan berbicaralah agar harmonis selalu menyertai. Selamat kepada para teman.
#lagiiseng
Tidak ada komentar:
Posting Komentar