[20:18 01/12/2015]
+62 818-0757-5034:
Naahhh tugas2 yang anda tulis di blog itu bisa dikembangkan lagi menjadi naskah buku.
Idenya sudah bagus, blognya udah keren2 juga tinggal tulisannya saja yang harus terus di poles di sana sini.
Bagaimana jika naskah kita sudah selesai apakah bisa langsung di kirim ke penerbit?
Tunggu dulu, naskah yang baru selesai itu kan masih naskah mentah jadi kita harus melakukan self editing. Kenapa kita harus melakukan itu? Bukankah di penerbit ada editornya?
Yaaa betul memang tiap penerbit ada editornya, tetapi apakah anda mau naskah yang sudah anda bikin dengan susah payah itu ditolak secara tidak hormat oleh penerbit karena mungkin naskah yang kita buat itu buanyaaak banget yang harus diedit.
Jadi... setelah naskah rampung, kita baca kembali naskah kita itu dari awal, dengan seksama. Ibaratnya kalau baca qur'an mah secara tartil bacanya.
Naaah pada saat membaca ulang itulah kita akan banyak menemukan kata-kata atau kalimat-kalimat yang harus kita edit, supaya lebih enak dibacanya.
Jangan sekali-sekali mengedit naskah jika naskah belum selesai...misalnya baru 2 halaman udah di edit, baru 1 bab udah di edit...kalau seperti itu caranya naskah kita tidak akan selesai.
Lalu perhatikan EYDnya. Menjadi penulis harus mau belajar lagi tata bahasa Indonesia, tidak perlu harus belajar detail banget tapi yang standar-standar saja. Misalnya penempatan tanda baca, dimana kita harus meletakkan koma, titik, huruf besar, huruf kecil, penulisan partikel, dsb.
Terutama untuk penulisan dialog dalam buku fiksi harus betul-betul diperhatikan penempatan tanda baca.
Bentuk paragraf juga harus diperhatikan. Saya pribadi lebih suka tulisan yang paragrafnya agak menjorok ke dalam, bukan paragraf lurus... keliatannya lebih enak dilihat dan dibaca jadi kayak ada variasinya gitu.
Selain itu kenapa kita harus melakukan self editing supaya gak keliatan sama editor kalau kita itu penulis yang pemula banget hehe...
Kalau kata bahasa editor mah naskah yang ramah editan.
Itu membantu kerja editor dan proses naskah kita juga akan lebih cepat untuk naik cetak.
Bagaimana cara belajar lagi tata bahasa Indonesian atau EYD yang mudah dan praktis? Cermati setiap buku yang kita baca. Amati bagaimana para penulis buku2 best seller itu teknik menulisnya. Kalau saya caranya seperti itu, saya gak punya buku tata bahasa Indonesia. Lagian saya bakalan pusing kalau harus baca buku pedoman EYD lagi...hehe...
Jadi saya belajar cepat saja dengan cara mengamati teknik menulis para penulis beken.
Sama halnya jika kita melukis atau menggambar, setelah lukisan jadi tentu tidak selesai begitu saja kan? Tapi pasti masih ada polesan-polesan lagi dari si pelukisnya itu supaya lukisannya makin indah dan sedap di pandang mata.
Kemudian selain itu perhatikan juga gaya bahasa penulisan kita. Walaupun kita menulis buku non fiksi tapi cobalah menulisnya tidak seperti diktat kuliah yang bikin kening berkerut. Tetep serius tapi santai.
Coba deh baca buku-bukunya mas Ippho, kang Dewa, coach Tendi, teh Erna...itu gaya bahasa penulisannya seperti kita diajak ngbrol oleh penulisnya. Jadi pembaca gak boring, gak ngantuk...bikin pengen terus membaca sampai selesai.
Kalau gak salah niihh, saya dapet bocoran buku2 yang laku sekarang adalah buku2 dengan gaya bahasa penulisan seperti bercakap-cakap.
Gak percaya? Buktikan saja...hehhe
Ok materi malam ini saya cukupkan sampai disini saja, lanjut ke tugas.
Materi editing cuma segitu aja ya
Intinya kita harus kaidah bahasa indonesia lagi untuk menjadi penulis yang baik, supaya gak sering ditolak penerbit.
Tugasnya malam ini Lanjutkan naskah yang kemarin sebanyak 10 halaman. Jadi 13 halaman ya kalau digabungkan dengan tugas yg kmrn yg 3 halaman itu.
Deadlinenya hari sabtu ya tanggal 5 des jam 21.00 wib
Tidak ada komentar:
Posting Komentar