Jika pertanyaan yang menggeluti itu adalah kenapa
saya harus menulis? maka awal mula menulislah yang akan saya ceritakan.
Berawal dari kehobian yang tidak terdeteksi, yang salah
satunya adalah menulis. Ternyata hobi itu adalah sesuatu hal yang kita senangi,
sesuatu hal yang sangat enjoy kita lakukan. Begitulah dengan menulis. Entah mendapatkan
Ilham darimana yang jelas sejak duduk di sekolah dasar kegemaranku adalah
bercerita dan dituangkannya ke dalam sebuah tulisan yang bernama cerpen. Mungkin
saat itu yang terfikir adalah hanya ingin oranglain tau kebahagian atau
kesedihan apa yang sedang aku alami tanpa harus ku bercerita satu persatu
kepada orang lain. Ternyata respon pun positif. Aku selalu unggul dalam mata
pelajaran bahasa Indonesia. Selalu mendapatkan nilai tertinggi terlebih masalah
membuat cerpen. Aku bersyukur mungkin ini salah satu Ilham yang Tuhan hadirkan
pada diri sehingganya aku banyak memiliki perbenbdaharaan kosa kata.
Tidak hanya berhenti di suatu tempat, ternyata
semakin remaja asah itu semakin berkembang. Pun sama halnya ketika duduk di
sekolah dasar, saat aku kembali duduk di sekolah menengah pertama pun kembali
menjadi (naik daun) di kalangan teman-temanku karena pelajaran bahasa Indonesia.
Disaat yang lain ogah-ogahan diminta bercerita atau membuat cerita pendek,
justru hal itulah yang sangat aku nanti-nantikan. Yaps.. saat guru meminta
dengan formatan 2 halaman maka dengan senang hati aku membuatnya bisa menjadi 5
halaman. Betapa bahagiannya diri ini. Selalu naik daun, mendapatkan nilai
terbaik, dan di kenal dengan banyak orang.
Tidak hanya itu, melihat kerisauan diri setiap hari.
Curahan yang harus di tumpahkan, hati yang bergejolak karena gebetan di tarik
teman, guru yang pilih kasih, dan fenomena alam setiap harinya mengajak diri
ini untuk terus berimajinasi. Merangkai kata satu demi kata, kesedihankah, rasa
malukah, atau perasaan apapun itu tak luput ku tuliskan di dalam catatan diaryku.
Hanya bermodal buku tulis dan pulpen satu buah, ku mulai mencurahkan segalanya
ke tempat itu. Mungkin ini adalah sebuah pelampiasan dimana aku tidak mudah untuk
berbicara dengan orang lain, aku.. tidak mudah mencari-cari perhatiaan melalui public speaking yang tidak seberapa itu.
Aku lebih senang sendiri dan menyendiri, melakukannya dengan ketenangan dan
kesunyian.
Saat itu aku belum paham apa arti dari sebuah
kebermanfaatan. Yang ku lakukan hanya sebatas pelampiasan dari hati yang selalu
bergejolak dan harus diceritakan, walau hanya melalui tulisan. Hingga ku temui
satu titik dimana aku harus menulis.
Ternyata ku menemukan sebuah jawaban di saat aku
membuka kembali catatan diary. Disana banyak berisi sebuah kisah setiap
lembarnya, berisi tentang kesedihan, kekesalan dengan seseorang, kebahagiaan, canda,
tawa, rasa malu dan sebagainya. Lalu ku menatapnya dengan penuh dalam. “Ah...
sudah tidak berguna”, hanya kata itu yang tertoreh di hati. Bersegera ku ambil
korek api, lalu hal selanjutnya yang dilakukan adalah membakar diaryku dan
menerbangkannya bersama angin, setelah itu selesai. Karena, diary itu tak ada
gunanya. Ia hanya mengingatkan diri kepada suatu kejadian yang lalu. Akhirnya aku
pun memutuskan, mengapa tidak menulis yang lebih bermanfaat. Mengapa tidak
menulis yang banyak orang mampu mengkonsumsinya, mengapa tidak menulis agar
menjadi perantaraku ke syurga, mengapa tidak menulis untuk aku berpendapat. Dan
seputaran khayalan itu terlintas di benak begitu saja.
Langit biru membawakan kabar yang saaaaaangaaatttt
bahagia. Ternyata aku tidak salah memilih eskul di sekolah. Di Rohis, ternyata
ada tenpat untuk kita berasah melalui tulisan. Ada komunitas dimana tempat
sebuah mimpi menjadi seorang jurnalistik dimulai. Kenapa aku harus ragu gabung
di dalamnya. Dengan senang hati aku mengikuti ajakan seorang teman yang lebih
dulu bergabung dalam komunitas itu. Namanyanya Komunitas ABG (Ajang Bina
Generasi) dimana sesuai namanya didalamnya terdapat banyak para ABG-ers dari
sekolah-sekolah lain. Kami berkumpul bersama dalam komunitas itu. Kami mendapatkan
materi dan pelatihan. Kami diajak terjun ke lapangan. Kami di asah untuk
membuat tulisan yang baik dan benar. Dan kami diarahkan sesuai passion masing-masing. Karena jurnalistik
tidak hanya menulis.. ada photograpy dan
desain grafis diantaranya. Komunitas ini
di naungi oleh Departemen Humas (Hubungan Masyarakat) FKAR (Forum Kerjasama
Alumni Rohis) Bandar Lampung. Di tempat inilah aku berkembang, bertemu dengan
teman-teman yang mempunyai mimpi yang besar. Di tempat ini semua kembali
terasah dan terarah. Aku sangat bahagia pernah tuhan izinkan berkembang di
komunitas ini.
Beriringan dengan waktu, komunitas ABG beralih Menjadi
Journey (Journalis Of The Yout) dimana
komunitas ini kembali terbimbing dan tempat orang-orang yang benar-benar berkomitmen.
Dan yang uniknya lagi adalah tempat ini adalah tempat pilihan, hanya
orang-orang pilihan yang berada di dalamnya mewakili sekolah masing-masing. Disini
semua di mulai. Awal pertama sebuah kebahagian dalam sebuah dunia menulis. Aku..
TELAH MENGAZZAMKAN DIRI MENJADI SEORANG PENULIS. Aku bermimpi suatu hari nanti
tulisanku berhak ada di rak toko buku Gramedia atau yang lainnya. Kebahagian pertama
adalah saat tulisan-tulisanku diterima dan di muat di halaman website fkar.org. karena apa? Karena tidak
semua tulisan bisa masuk ke tempat itu. Karena tidak semua tau bagaimana
caranya memasukkan tulisannya di sana. Kami Team
Journey diberikan kesempatan untuk mengirimkan rillis setiap agenda berlangsung.
Dan bahagia tuh saat tulisan kita diterima dan tercantum nama kita disana. Bahagiaaa
sekali.
Kebahagiaan selanjutnya adalah.. saat mengikuti
training kepenulisan journey 2010
yang langsung di isi oleh Kepala Redaksi Majalah Khalifah dari Jakarta (Pk.
Iqbal setyarso salah satunya). Disana aku banyak bertemu teman-teman yang
super. Super tulisannya, super pedenya, super kreatifnya, super pematerinya,
dan super panitianya. Mengamati.. dan bermimpi di dalam hati. AKU
BISA SEPERTI MEREKA ATAU LEBIH BAIK DARI ITU. Kebahagiaan itu
kembali berkembang di saat kami (aku dan sahabatku Inne) mengirimkan rillis
agenda yang telah terlaksana ke Majalah Khalifah Jakarta. Bahagianya tatkala
paket majalah datang, dan dibuka lembar per lembar. Ada nama dan tulisan yang
kami kirim.. dan tidak tanggung-tanggung.. disana terpampang jelas poto kami
masing-masing. Ada 2 artikel, 2 foto, 2 tulisan dari sanak Lampung dan diterbitakan
di Majalah Jakarta lalu dikirm dan ortu yang membuka.. itu lohhh bahagia
bangett rasanya. Menjadi satu kebanggaan ortu dan langsung mendapatkan restu
dari mereka.
Kebahagiaan selanjutnya.. saat tulisan cerpenku yang
tentang kejadian Ujian Nasional di muat di salah satu koran yang ada di Lampung.
Cerpen yang panjangnya sampai 3 halaman itu berceritakan tentang diri ini yang
dipaksa dengan pengawas ujian untuk mengisi dengan menggunakan kunci jawaban
yang tersedia, sampai harus meneteskan air mata karena ulah sang pengawas aneh
itu.. kejadian yang mempertahankanku pada situasi kejujuran. Hingga aku berlari
ke mushola kecil tempat aku dan teman-teman Rohis memperjuangkan kebaikan dan
kejujuran. Di tempat itu aku bercerita dnegan mereka, dan di tempat itu pula ku
tuangkan cerita pendek yang menginspiratif ke sebuah tulisan. Bahagianya di
saat orang lain berkata padaku bahwa namanya dan cerpennya di muat di sebuah
koran. Dan sedihnya... karena aku tidak mengetahuinya, bahkan pihak dimana aku
mengirimkan tulisan itu pun tidak bertanggungjawab. Tidak menginfokannya
apalagi memberikan fee kepada
penulis. Bahagia.. karena namanya tercantum dan cerpennya lolos di muat di
koran harian. Sedih.. karena membuat diriku tak percaya untuk mengirimkannya
kembali ke koran harian itu.
Tidak hanya dua kebahagiaan di atas. Kebahagaian yang
banyak pun datang bertubi-tubi. Satu per satu paket buku datang ke rumah baik
buku antalogi hasil perlombaan atau buku novel karyaku sendiri. Bahagia.. dan
bahagia.. kata itu yang mewakili jiwa. Karena paket-paket itulah yang
menjadikan jiwa semakin percaya diri bahwa saya seorang penulis. Karena
paket-paket itulah jawaban dan kebanggan orangtua. Bahagia.. karena ternyata tulisanku
cukup baik untuk diterima khalayak orang. Novel Facebook Dan Cinta yang
ku terbitkan melalui nulisbuku.com, antalogi yang terseleksi dari 900an
peserta, dan event-event lain. Bahkan bertubi-tubi prestasi yang di dapatkan di
bidang kepenulisan ini membuat diri semakin percaya diri dan bangga untuk
menjadi seorang pennulis.
Bermimpi.. ya.. semua berawal dari mimpi. Mimpi di
sebuah kertas yang tertulis. Mimpi yang gak tau memulainya dari mana dan yang
terpenting aku menulis mimpi itu di sebuah kertas. Tahun ini akan membuat 2 buku,
tahun ini namanya akan terkenal tanpa oranglain harus tau aku siapa, tahun
ini.. dan tahun ini... yaps.. semua aku tuliskan di bawah alam sadar. Dan ku
sadari tatkala semua telah terwujud menjadi nyata.
Hari ini, bukan diri yang menggebu-gebu dengan
bangga mengatakan saya penulis, hari ini orang diluar sanalah yang mengakui
bahwa aku seorang penulis dan selalu dinantikan karya-karya tulisannya. Dan kepercayaan
mereka tidak mungkin ku sia-saiakan begitu saja.
Mimpi dan niat itu bisa diluruskan di tengah jalan. Kembali
menggapai Ridho-Nya. Mungkin dulu.. mimpi dan niat itu hanya ingin terkenal dan
di akui banyak orang. Tapi hari ini, terlepas dari itu.. mimpiku adalah tulisan-tulisan
yang ku torehkan bisa menginspirasi banyak orang, tulisanku mampu membawa
perubahan, tulisanku banyak kebermanfaatnnya, tulisanku mampu mengantarkanku ke
Ridhoa-an Allah sebagai amal jariyah, mimpiku hanya satu. Mendapatkan Cinta dan
Keridhoan Allah melalui sebuah tulisan.
Aku rasa, kebahagiaan seorang penulis bukan lagi
sebuah ketenaran, bukan lagi sebuah uang royalti yang di dapat. Ku rasa itu
semua hanyalah bonus dari usaha. Kebahagiaan penulis cukup namanya tercantum
dan tulisannya dikonsumsi banyak orang itu sudah menjadi kebahgaiaan yang amat
besar. Karena menulis bukan masalah menorehkan, karena munlis adalah memberikan
cinta. Karena hati, fikran, waktu, tenaga, dan uang ia limpahkan dengan sebuah
tulisan yang dipersembahkan untuk banyak orang. Jika engkau bukan siapa-saiap, jika
engkau bukan anak bangsawan terlebih anak raja, maka menulslah, dengan menulis
semua akan kekal abadi. Selamat berkarya!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar