MENU LEZAT

Minggu, 08 April 2012

Tolong Hargai Hak Kami Sebagai Peserta Ujian

Waktu itu adalah hari ketiga aku mengikuti ujian sekolah. Seperti biasa dengan penuh semangat aku ingin cepat-cepat sampai disekolah. Dengan rasa penasaran dan percaya diri, kali ini aku pasti bisa lebih baik lagi mengerjakan soal matematika. Karena kemarin dan tadi pagi sudah banyak pembahasan dan latihan yang ku lakukan.

***
Ketika aku sampai disekolah, Bel berbunyi teet…teet…teet…
Bertanda kalau siswa harus memasuki ruangan yang sebelumnya harus berbaris di depan kelas. Ya, itu yang selalu kami lakukan, seperti biasa pula doa bersama sebelum belajar dilantunkan, ini semua agar para siswa mendapatkan ketenangan dan kelancaran dalam menjawab soal-soal ulangan. Salampun kami ucapkan kepada pengawas, lalu setelah itu pengawas membagikan soal-soal dan lembar jawaban kepada para peserta ujian.

 Ketika saat itu  salah seorang temanku bercanda dengan menanyakan soal matematika kali ini. “soalnya mudah-mudah atau gak yahh???” dan kebetulan sang pengawas sedang membagikan soal di meja tempat aku duduk. Pengawas tersebut langsung menjawab becandaanya teman ku dengan raut wajah sipek.... “mudah dong,, kan pagi-pagi sudah pada dapat jawaban lewat sms”??!!. Seketika aku terkejut didalam hati, melihat ekspresi sang pengawas yang sangat tidak mengasyikan untuk dilihat. Lalu aku pun menjawab,,, “ih,, ya gak semua kali buu”. Jawab ku untuk meyakinkan ke pengawas bahwa tidak semua siswa yang mencontek jawaban atau mendapat kiriman sms. Karna aku sendiri pun tidak mau melihat jawaban yang dikirim lewat sms atau mencontek secara langsung. Memang Seperti biasa jawaban yang terbang lewat sms  sudah tidak asing lagi. Walau begitu kami berharap agar pengawas masih bisa menghargai hak siswa-siswa yang masih bekerja dengan kemampuannya sendiri. Sungguh kami kecewa karna dari sekian banyak pengawas hanya beberapa orang saja yang bisa menghargai kami. Aku sangat merasakan hal itu, suatu ketika aku sedang buntu dan kepusingan dalam berfikir mencari jawaban matematika, tiba-tiba sang pengawas mencetuskan omongannya... “cepat ya ngerjaiinnyaa, kan tinggal dibulet-buletin aja..”. entah mengapa ketika mendengar perintah itu hati ini rasanya dongkol sekali, aku jadi kepingin cepat-cepat menyelesaikannya, padahal waktu yang tersisa masilh banyak sekali. Karna perintah itu aku merasa terburu-buru untuk mengerjakan, sedangkan soal yang ku kerjakan baru 20 buah, itupun masih ada soal-soal yang belum kutemukan jawabannya. Waktu terus berjalan dan sepanjang perjalanan waktu itu sang pengawas ngomel-ngomel, kalau ini lah, itu lah, dsb... dengan maksud dan tujuan mencap jelek sekolah kami. Aku pun menjadi tidak konsentrasi lagi. Dari kejadian itu ada kata yang sangat ingat dan melekat sekali di otakku. Dia berkata begini.. “gimana bangsa ini mau maju, kalaw ngerjain soal begini aja lama banget”. Mendengar omongan yang seperti itu salah satu temanku menjawab…”ih songong amat geh ibu ini,,” sungguh kata-kata itu spontan dikeluarkan dari mulutnya, karna emosi yang sudah memuncak dengan cara sang pengawas.

 Kami semua sangat amat merasa terganggu sekali.


 Lalu tidak lama kemudian bel tetangga (sekolah lain) yang tempatnya berada disamping sekolahku berbunyi, dan sang pengawas memberi perintah kepada kami untuk mengumpulkan lembar jawaban kita semua. Lalu kami pun menjawab perintahnya sang pengawas,,,,, “bu, itu kan bel sekolah sebelah, mereka kan memang masuk lebih awal dari kami, waktu kami itu masih ada setengah jam lagi bu…” saut kami yang sangat kesal dengan sang pengawas. Dengan memecahkan konsentrasi kami, pengawas sambil berkeliling, dan kebetulan beberapa orang di kelasku sudah selesai mengerjakan, dan sang pengawas pun mengambil lembar jawaban mereka.

“haduuhh,,,, gimana ini aku masih banyak yang belum dijawab, (ngegerutu) aku didalam hati”. (Ya Allah aku pasti bisa, bantu aku ya Allah, beri aku kemudahan).
Beberapa menit kemudian teman-teman dari kelas lain mulai keluaran satu/satu.

Dengan ekspresi yang sangat menyibukkan kami, sang pengawas nyeleneh lagi..
”mana harga diri kelas ini, kelas lain sudah pada keluar kok kalian belum..”. kami pun langsung menjawab sambil asyik membulatkan jawaban yang belum terisi.
“bu, waktu kan masih banyak, jangan ngegupekin kami gitu dongg..”
“ya ibu siih terserah mau jawabannya yang diambil atau harga diri kelas ini yang diambil”. Kata sang pengawas.
Namun sayang omelan sang pengawas tidak mempengaruhi kami,, kami tetap asyiik dan fokus mengisi jawaban yang belum terisi.
Mendesak.. mendesakk.. dan terus mendesakk..

Sang pengawas pada saat itu sangat mengacaukan situasi. Satu/satu lembar jawaban pun mulai diambil. Kondisi yang sangat tidak memungkinkan, masih banyak soal yang belum ku jawab. Saat itu pula sang pengawas sedang menunggu aku dan beberapa teman lain. Melihat aku belum selesai salah satu temanku datang menghampiri aku. Dan dia memberikan jawaban pada ku, namun aku berusaha untuk menolaknya, karma aku masih ingin menjawab dengan sendiri. Namun pada saat itu sang teman dan pengawas bersikap sangat mendesak diriku untuk cepat mengumpul lembar jawabanku… aku sangat bingung, tangan ini bergetar, apa yang harus ku perbuat, aku sudah berjanji untuk tidak mencontek. Tetapi sayang dengan situasi yang demikian aku terpaksa harus menereima jawaban dari temanku. Sambil ku berdoa didalam hati..”Ya Allah,, ampuni aku dari dosa-dosa ini, ampuni hamba karna kali ini hamba terpaksa berbohong, aku tahu kau maha melihat lagi maha teliti, aku berharap engkau tidak marah padaku..”

Seketika itu air mata ini terjatuh, hingga aku selesai mengerjakannya. Saat itu pula sang pengawas berlalu begitu saja. Aku menangis,, rasanya ada sesuatu yang mengganjal dihati ini, aku baru saja berbuat curang, aku memang bodohh, kenapa aku terima jawaban tadi.. (menggerutu di dalam hati)… aku menangis, dan semakin banyak air mata ini yang terjatuhh. Aku berjalan keluar kelas menuju mushola, seperti biasa aku akan melaksanakan shalat dhuha. Namun entah kenapa disepanjang jalan air mata ini tetap berjatuhan, hingga menjadi sebuah pertanyaan bagi semua orang yang melihatku, kelas demi kelas ku lewati, mereka semua bertanya namun aku hanya bisa menggelengkan kepala saja. Dan aku berlalu begitu saja hingga menuju mushola (di ujung sekolah dekat toilet dan uks). Aku melihat teman-temanku sudah berada disana. Dengan air mata yang lebih deras, aku curahkan kepada sahabat-sahabatku. Aku ceritakan kepada mereka semua apa yang terjadi padaku, mereka ikut bersedih dan mencoba menenangkan aku kembali, mereka membujukku agar aku dapat mengikhlaskan semua itu. Sungguh memanglah sangat berat sekali namun aku harus tetap bisa mengikhlaskannya. Aku pun mulai menenagkan diri dengan mengadu kepada sang pencipta. Lalu kucoba untuk menghentikan air mata ini, walau masih sulit rasanya..

Bel berbunyi.. teeeeet..teetttt.. bertanda siswa harus masuk kekelas. Kini pelajaran yang kedua. Aku mencoba fokus dan konsentrasi lagi, walau pedih jika mengingat kejadian tadi pagi. Ku coba untuk tetap sabar dan ikhlas, aku jalani semua dengan membangun semangat baru.
Aku hanya berpesan kepada para pengawas, tolonglah hargai hak kami, tolong beri kami kesempatan untuk tetap berfikir. Tolong jangan ambil hak kami yaitu mengerjakan soal dengan konsentrasi dengan cara mengambil waktu kami terlalu cepat.
Mungkin banyak pendapat yang tidak suka dengan sikap yang aku lakukan untuk tidak mencontek. Banyak orang beranggapan bahwa hal yang demikian adalah sok pintar, pelit, tidak solid, sok suci dan lain sebagainnya. Tetapi hal ini aku lakukan tidak lain mempunyai alasan yang jelas.
 Coba deh difikirkan kembali, kita mencontek, memang hal itu mudah dah sudah biasa dilakukan sebagian orang, kekompakan sangatlah dibutuhkan. Tetapi tanpa disadari hal ini telah menjerumuskan dalm perbuatan dosa, kita sama saja dengan membohongi semua orang, membohongi diri sendiri bahkaan membohongi sang pencipta. Sudah sanggupkah kita semua menanggung beban tersebut.

Seperti kata pengawas tadi..”Bagaimana Bangsa ini mau maju, jika mengerjakan soal begini saja lama betuull”. Seorang guru sebaiknya tidaklah pantas berkata yang demikian. “Bagaimana Bangsa ini mau maju, kalau dari kecil saja sudah diajarkan Berbohong”. Kalau demikian wajar dongg banyak para Korupsi di Negeri ini.

Oke lahh menghadapi UN semua orang menjadi was-was, dari murid, guru, serta para pengawas. Tetapi sebenarnya dan sesungguhnya apakah yang di as-was kan itu???  Hasilnya?? Kenapa harus was-was. Kalau kita belajar, berusaha, berdoa serta mempunyai keyakinan yang kuat yakinilah kita pasti bisa. Tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini. Yang dibutuhkan sebenarnya bukanlah hasil yang baik melainkan proses yang maksimal. Kalau semua sekolah sudah mempunyai trik-trik tersendiri dalam mencontek, lalu buat apa selama tiga tahun ini kita belajar?, buat apa pada saat ulangan harian suasana guru sangat diperketat?, buat apa pihak sekolah sibuk mengadakan bimbel sampai menunda waktu pulang, buat apa para siswa dan orang tua sibuk mencari tempat kursus atau privat ???, nah kalau  ujung-ujungnya alternatife yang digunakan adalah mencontek. Lalu sia- sia dan percuma dong  semua yang telah dilakukan.

Dan yang sangat tersadis lagi jika masih ada sekolah yang rela mengeluarkan uang berjuta-jutaan untuk membeli soal. Lantas kalau begini untuk apa diadakannya Ujian Nasional. Kalau masih ada yang sepicik ini, coba dehh kita sama-sama megubah pola pikir, menghapuskan kata mencontek di negeri ini. Para murid, guru, serta para pengawas coba deh tidak usah lagi melakukan dan sibuk beraksi dengan berbagai cara untuk menjawab ujian dengan cepat dan mendapatkan hasil yang terbaik. Kita semua pasti lulus kalau kita mau belajar dan berusaha semaksimal mungkin. Bukankah semua Takdir telah ditetapkan oleh sang Pencipta, kita serahkan saja hasilnya kepada Takdir, yang terpenting kita sudah ada usaha, bukan berarti menyerahkan pada Takdir, tetapi kita hanya bisa Pasrah saja.

Mohon maaf sebelumnya jika tulisan ini tidak berkehendak dihati para pembaca.
 Aku sebagai pelajar serta pemuda penerus bangsa ini merasa sangat amat kecewa saja. Ujian Nasional justru di jadikan ajang bermaksiat.

“Tidakkah engkau mengetahui bahwa sesungguhnya Allah melihat (segala perbuatannya)”. (al alaq 14)
Saudaraku yakinilah dengan potensi kita. Kita pasti bisa kok..
Semuanya kembali kepada diri sendiri.
“manakah yang kebanyakan orang memilih..
hasil bagus namun penuh kebohongan,
 atau mempertahankan keyakinan yang penuh dengan rintangan.”

Selamat memilih keputusann,,
Salam damai selalu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar